Skip to main content

Citrakan Positif Warga Indonesia Di Negeri Jiran

PROF. Ir. Frederik Josep Putuhena, MSc, PhD merupakan salah satu professor senior di Fakultas Tehnik Sipil, Universitas Malaysia Serawak. Dia merupakan warga asli Indonesia. Menjadi dosen di Unimas sejak tahun 2002 lalu.“Ketika baru masuk ke Unimas, saya bahkan merupakan satu-satunya professor yang ada di tehnik sipil. Tetapi sekarang sudah terdapat dua orang, kesemuanya masih muda,” ungkap pria yang akrab disapa Putu ini saat ditemui di ruang kerjanya.Pria 58 tahun itu mengkisahkan, setelah lulusan Universitas Indonesia pada 1974, dia bekerja di Departemen Pekerjaan Umum. Kemudian mendapatkan kesempatan mengambil gelar master di Newcastel UponTyne, United Kingdom. Setelah menamatkan pendidikan S-2 pada tahun 1978, selain bekerja sebagai pegawai negeri, dirinya juga berprofesi sebagai dosen di beberapa universitas, diantaranya Universitas Pancasila dan Bina Nusantara.




“Saat itu memang terdapat program dari Menteri PU yang mewajibkan pegawainya yang telah mengambil S2 mengajar di perguruan tinggi, terutama di fakultas tehnik, sebagai aplikasi penyaluran ilmu yang di dapat pada saat studi,” kata Putu.Tak hanya sampai di situ, lanjut Putu, dia kembali dipercaya untuk melanjutkan pendidikan mengambil program doktor di Sunny of Buffalo, Amerika serikat. Tamat pada tahun 1991, Putu masih melanjutkan profesinya sebagai dosen dan pegawai negeri.“Saat itu ada penawaran agar saya melanjutkan pendidikan S3 di Amerika. Tanpa ragu lagi saya terima tawaran itu,” ungkapnya.Setelah menjelang pensiun, Putu mengatakan, dirinya berpikir untuk tetap beraktivitas. Oleh sebab itu, ketika melihat iklan di salah satu media massa di Jakarta, maka Putu memutuskan melamar. “Niat saya untuk mencari pengalaman, karena selama ini saya sudah mengajar di perguruan tinggi di Indonesia. Setelah dilakukan tes di Jakarta, saya dinyatakan lulus. Tetapi itupun tidak langsung sebagai dosen, melainkan visitor professor,” jelas dia.



Sejak resmi sebagai dosen Unimas pada tahun 2003 karena merasa cocok untuk bekerja di Unimas, Putu sedikit berbangga. Saat itu, dia merupakan satu-satunya professor di Fakultas Tehnik Unimas, bahkan berasal dari Indonesia. Akan tetapi semua itu tidak membuatnya berbesar hati. Bahkan sosok yang santun dan penuh senyum ini selalu berusaha memberikan citra masyarakat Indonesia yang baik di mata Malaysia.Putu mengaku dirinya tertarik mengajar di Malaysia, karena kesejahteraannya lebih dibandingkan di Indonesia. Salah satunya adalah penghasilan yang didapatkan sebagai tenaga pengajar, lebih besar dibanding mengajar di Indonesia. Selain itu, dilihat dari sudut pandagan akademik, menurut Putu, Unimas system akademiknya sangat tertib. Setiap dosen dan mahasiswa serta staf yang ada, menjalankan kewajibannya tanpa dipengaruhi kepentingan pribadi. Selain itu, birokrasinya sangat tidak menyulitkan, sehingga mahasiswa bisa belajar dengan tenang. Dosen juga patuh akan kewajibannya.

“Jam mengajar di sini seperti jam kantor. Masuk jam delapan pagi sampai jam lima sore. Sehingga mahasiswa yang ingin konsultasi tidak kerepotan menemui dosennya. Selain itu, waktu libur, dosen bisa melakukan penelitian. Suasana di sini juga sangat nyaman, tidak sumpek seperti Jakarta,” kata Putu.Akan tetapi meskipun berada di negeri orang, Putu tak menampik mengabdikan diri untuk negeri tercinta. Karena dia menyadari, dia tetap akan kembali ke Indonesia, setelah kontrak sebagai tenaga dosen berakhir. Pada saat berada di Malaysia, Putu sadar bahwa sumbangsih warga Indonesia kepada tanah airnya tidak harus berada di dalam negeri. Dari luar negeri pun warga Indonesia bisa tetap menyumbangkan perannya untuk kemajuan bangsa dan negara.“Kami semua menjadi dosen, peneliti sekaligus duta bangsa dan rakyat Indonesia dan pada saat berada di Malaysia, kami akan selalu menjaga maruah bangsa,” tandas Putu.



Extracted from The Pontianak Post Online.


Catatan perbaikan mengenai umur, yaitu bahwa waktu diwawancara dalam bulan Mei 2010, umur saya sudah 63 tahun, bukan 58 tahun.

Comments

Popular posts from this blog

River Basins in Sarawak (Borneo)

Map of Sarawak River Basins Sarawak State is part of Borneo island and has been divided into 21 river basins, as follows: Kayan, 1,645 km2 Sg. Sarawak, 2,375 km2 Samarahan, 1,090 km2 Sadong, 3,550 km2 Lupar, 6,510 km2 Saribas, 2,200 km2 Krian, 1,500 km2 Lower and Upper Rajang, 47,880 km2 Oya, 2,195 km2 Mukah, 2,275 km2 Balingian, 2,510 km2 Tatau, 5,260 km2 Kemena, 6,100 km2 Similajau, 660 km2 Suai, 1,540 km2 Niah, 1,280 km2 Sibuti, 1,020 km2 Baram, 22,930 km2 Limbang, 3,950 km2 Trusan, 2,615 km2 Lawas, 1,050 km2. for more information please visit https://did.sarawak.gov.my/web/subpage/webpage_view/315

River Basins in Sabah

Figure 1 Rivers and Points Annual Rainfall at Sabah (After Sabah Water Resources Master Plan, 1995) The best source of information about river basins in Sabah is from the "Sabah Water Resources Master Plan", which can be seen at http://www.did.sabah.gov.my/ . The river basins are can be grouped as those that discharging the flow to the west coast, north coast, and to the east coast. Some rivers that go to west coast are: Sg. Mayog/Babogon Sg. Papar Sg. Padas Some rivers that go to the north coast are: Sg. Bandau Sg. Bangan/Kinorom Sg. Bengkoko/Pitas Some rivers that go to the east coast are: Sg. Liwagu Sg. Kinabatangan Sg. Tawau Sg. Merotai Besar The Figure 1 shows the points annual rainfalls and rivers in Sabah.

4. Logical Framework for Integrated River Basin Management

4.1 Introduction The logical framework approach (LFA) was first adopted by U.S. AID in the early 1970s. The framework provides a set of designing tools that, when used creatively, can be used for planning, designing, implementing and evaluating projects (the entire project cycle). The purpose of LFA is to undertake participatory, objectives-oriented planning that spans the life of project or policy work to build stakeholder's team commitment and capacity, through a series of workshops. The technique requires stakeholders to come together in a series of workshops to set priorities and plan for implementation and monitoring. This achieved by structuring the main elements of project in a matrix (the logical framework) which summarizes the project, highlighting logical linkages between intended inputs, planned activities and expected results and records the underlying assumption. See Figure 4.1, for the content of framework matrix and how to read the LFA. 4.2 Steps in Logic